Jumat, 22 April 2011

Laporan "Studi Banding" ( Alias pelesiran ) ke Malaysia. Jangan Pernah Malu Belajar Kepada Malaysia. ( Bagian 1 )

Tanggal 9 April 2011, beberapa minggu yang lalu ( Baru sempet ni. Bikin laporan perjalanan. Qiqiqi ), aku terbang ke Malaysia, memenuhi undangan shahabat, yang dulu pernah sama2 kos di Pondok Roberta, Kukusan Depok. Dia bernama Fathurrahman alias Fakhrony.  Jauh-jauh hari dia beliin tiket buat saya, biar dapet yang murah katanya. Kami satu almamater, tapi beda fakultas. Saya dari Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi kelas reguler angkatan 96, beliau dari jurusan Teknik Gas dan Petrokimia ( sekarang Teknik Kimia ) angkatan 98.  Dan saat ini, beliau sekarang sedang menempuh pendidikan S3 di Fakultas Kejuruteraan ( Indon= Teknik ) Kimia, Universiti Sains Malaysia di Pulau Pinang.

Sejak dari semalam saya mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan yang bersejarah ini ( lebay.com ). Packing malam hari dan tidur cepet. Setelah sholat shubuh sampe isyroq, bergegas balik ke rumah, sarapan n mandi, trus jalan deh. Untuk mempercepat waktu, "terpaksa" naik ojek, mampir ATM BNI yg deket balairung UI, trus ke stasiun. Di stasiun sempet ketemu Pak Wawan, mampir beli kuenya buat bekal di jalan ( kalau beli makanan di bandara mahal ). Trus beli tiket KRL yang ekonomi biasa turun di Pasar Minggu. Untung gak beli tiket KRL ekonomi AC. Udah nunggunya lamaa banget ( hampir 1 jam, dah ketar ketir aja ni jantung, takut telat check in di bandara. Karena aturan Air Asia, 2 jam sebelum take off dah harus check in ). Begitu KRL AC datang, penuhnya minta ampun. KRL AC kayak gitu kondisinya. Bayangin aja, sampe beberapa penumpang membuka pintu otomatis ( yang harusnya ditutup ) dan bergelantungan di pintu. Alhamdulillah, gak lama setelah KRL Ekonomi AC lewat, datanglah KRL yang ekonomi biasa. Lapang dan tidak terlalu sesak. Sampai di Stasiun Pasar Minggu, jam sudah menunjukkan pukul 11.05 . Agak was-was, karena takut nanti di Bus Damrinya ( bus khusus ke bandara ), ngetem lagi. Lama lagi. Tapi, syukurlah, begitu keluar stasiun dan pas mau nyebrang, eeh Bis Damrinya nongol. Ya sudah, langsung loncat aja.( Allah swt kasih kemudahan ).
Perjalanan Pasar Minggu ke Bandara sekitar 1 jam 15 menit. Yang agak macet saat di jalur arah Pancoran. Ya jalur ini mah, emang selalu padat merayap sepanjang waktu. Gak pagi, siang, malam. Alhamdulillah, sampe bandara jam 12.10-an. Langsung cari mushola. Sempat agak pangling, karena dah lama ga nginjak bandara. Sudah ada beberapa perubahan. Setelah sholat dhuhur plus ashar ( jamak taqdim ), makan siang bentar dengan roti dan kue yang dibeli tadi di Toko Pak Wawan , trus masuk deh tuk check in. Setelah mondar-mandir, tanya-tanya dan nyari-nyari kounter check in-nya, baru ngeh. Ternyata konternya tuh cuma sebuah mesin seperti ATM.. Self Check in you know. Walaah. Tapi  ya wis ora papa. Itung2 belajar. Agak gaptek si dengan navigasi mesinnya, jadi akhirnya check-innya dibantu sama staf bandara. Huh, biasa kemana-mana naik Garuda, begitu naik pesawat LCC ( Low Cost Carrier alias pesawat penumpang bertarif murah meriah ), ya rada gimana gitu ( nggaya banget ya. Dah miskin tapi masih bisa nggaya. Hoho ). Alhamdulillah, berbekal tiket Air Asia yang murmer, flight no AK 385 dengan nomor seat 10A. Yes, dapet seat deket jendela. Bisa plirak plirik ke bumi ntar. Hehe.

Begitu check in kelar, kulihat boarding pass. Hmm, pesawat ada di Gate D4. Sambil jalan, sambil mikir. Di mana ya Gate D4 itu. Saking seriusnya mikir, sampai mau ketabrak mobil listrik yang disopiri oleh seorang wanita berjilbab. Lha gimana, wong mobil itu jalan kagak ada suaranya. Tiba-tiba aja nyrundhul dari belakang. Untung aku ini orangnya sigap dan cekatan, sehingga bisa lolos dari "serangan" mendadak. Qiqiqi. Di sebelah kiri sopir cewe jilbab itu, nampak duduk seorang laki-laki yang kalo liat anatomi wajahnya, kayaknya orang Korea atau Jepang. Hmm apakah orang Jepang/ Korea itu penumpang juga? Kok enak banget yoo, bisa naik mobil listrik gitu. Gak seperti aku yang sampai ngos-ngosan jalan kaki, menyusuri "gang demi gang" di dalam area bandara. Apakah hanya penumpang kelas tertentu yang dapat fasilitas kayak gitu?? Ah, tauk ah gelap. Entar dituduh sirik lagi.
Huuuft..akhirnya setelah 15-an menit jalan-jalan, ketemu juga gate D4. Yo wis, langsung aja aku ikut antre di mesin X-Ray. Gak lama nunggu. Begitu giliranku, langsung saja aku taruh tas dan nunjukkin paspor ke petugas. Agak lama petugas itu memandangi pasporku. Yah, aku maklumi aja-lah, boleh jadi petugas  itu belum pernah lihat ada penumpang sekeren diriku. Qiqiqi. Daaan  pas bodyku selesai melewati pintu X-Ray, aku dipanggil. " Tunggu dulu Mas!" Aku pun menoleh dengan  anggun dan penuh wibawa, bergaya bak seorang anggota DPR ( ??? ). " Ya, ada apa?" Tanyaku dengan bahasa dan nada yang sengaja kubuat-buat ( pencitraan itu fenting loch. Jadi, jangan sampai biarkan diri anda menjadi ledekan orang-orang hanya karena anda terlihat seperti wong ndeso! ). Terus, staff yang duduk di depan layar komputer menyuruh staff lain agar memeriksa tasku." Buka tuh tasnya!". Anak muda yang disuruh itupun manut dan lalu menghampiri saya," Maaf ya Mas. Saya lihat dulu tasnya." O, ya silahkan." Kataku dengan tetap berusaha sekuat tenaga menjaga harmoni perkataanku, agar citra "senayan" tidak hilang. Sesaat kemudian, staf muda itu mendekati saya lagi," Maaf Mas. Di tas anda ada  satu botol air dan sekotak minuman. Sesuai dengan standar operasional penerbangan internasional, ini dilarang. Mohon ditinggalkan di sini." Saya menjawab ringan aja," O begitu ya. Oke. Tapi kalau saya habiskan saja minuman ini di sini gimana? " tanyaku pada staf itu. " Oh ya silahkan saja Mas." Jawabnya. Aku pun lalu duduk di deket  mesin X-Ray itu dan kuhabiskan sebotol aqua yang airnya tinggal setengah dan sekotak minuman Kacang Ijo ABC yang kubeli malam sebelumnya di Detos. Ya eman-emanlah, mosok dibuang. Sayang. Apalagi, selama penerbangan yang kira-kira hampir 2 jam nanti, gak boleh makan minum di pesawat kecuali membelinya di pesawat. Kata temenku, si Fathur, harga makanan dan minuman di pesawat Air Asia ( dan mungkin juga di maskapai lainnya ) bisa bikin "stroke". Kaya kuweee...
Abis dari situ, kulanjutkan langkahku, menuju ruang tunggu pesawat.  Tapi saat hampir sampai di ruang tunggu, kulihat banyak sekali perempuan antre. Bujrug dah! Aya naon ini?? Sambil tetap jalan, pikiranku bertanya-tanya. Tapi, untungnya pintu ke ruang tunggu ada 2. Yang satu sudah penuh dengan antrian para perempuan itu. Pintu satunya longar. Dan di depan pintu yang longgar itu, ada pria yang menungguinya dan ketika aku jalan ke arahnya dia menyapa," Kuala Lumpur? Kuala Lumpur?" Aku anggukan kepala dengan penuh keanggunan tanpa mengeluarkan suara. ( ??? ). Aku dipersilahkan jalan melewati pintu itu. Tapi alamaaak.....saat melintasi para perempuan itu. Mereka semua memelototkan matanya ke arahku. OMG! Save our planet..! Eeeh Myself..!" Tapi aku tetap berusaha tampil wajar dan tidak vulgar. Aku harus tetap menjaga rasa percaya diri dan keseimbangan mentalku. Aku sadar sedang menjadi pusat perhatian. Aku pun tak tega menghancurkan harapan mereka. Siapa sih yang tega, menghancurkan perasaan orang-orang yang begitu merindukan sesosok Duke of Cambridge hadir di tengah-tengah mereka??? Xmlnkn nasnfjaknfl nlksnfkan...!

Alhamdulillah, aku sampai di ruang tunggu dengan selamat. Ruangan masih sepi. Jam juga baru menunjukkan pukul 13.25 .  Boarding time jam 14.10 sedangkan pesawat take off pukul 14.50. Masih ada waktu sejam-an lagi. Cukup lama. Kelihatannya, untuk Flight AK 385 ini, akulah penumpang yang paling disiplin! Datang paling awal! Hahahahah. Kuambil koran Kompas yang kubeli tadi di stasiun UI. Baru duduk sebentar, bagian bawah perutku mengirim sinyal: pengen pipis !! Yo wislah, aku lalu turun ke bawah, ke toilet. Selesai "buang sampah" aku lanjutkan baca Koran. Tapi baru saja mataku mau pindah ke aline ke-2 sebuah artikel berita, diriku dikagetkan oleh sapaan seseorang. Hmm seorang laki-laki berkemeja dan jas hitam. Rupanya staf Air Asia., karena kulihat ada logo dan tulisan Air Asia di dada sebelah kanannya. Dia menyapa ku ramah ( dengan logat Malay. Kayaknya sih orang sono )," Bapak flight jam berapa?" Kujawab," Jam 2 lewat 50." Tanyanya  lagi," Boleh tunjukkan boarding pass dan tiketnya?" Aku jawab," Untuk apa? Kan tadi sudah diperiksa." Dengan tetap ramah, pria itu bercakap lagi  ( huh jadi ketularan dialek Malay nih !)," Boleh saya pinjam barang sebentar?" Huft, buat paan lage seh! Namun, meski demikian, kubuka juga tasku dengan malas, lalu kuambil boarding pass dan tiket, dan kuserahkan kepadanya." Terima kasih. Sebentar saya akan kembali." Iyaa, iyaaa kataku dalam hati ( dalam hati ajah, ga pake suara. Ntar kedengeran lagi sama dia. Bisa brabe nanti. "Citra" senayan yang sudah beberapa menit berhasil aku pertahankan, bisa hancur seketika. ( Huihihi ). Kuambil lagi koran Kompas yang tadi aku lemparkan ke kursi. Kubuka-buka lagi halaman demi halaman tuk mencari artikel berita yang tadi belum selesai kubaca. Sambil, membolak balik kertas koran, mataku juga "aktif" bergerak ke sana ke mari, ke atas ke bawah, ke samping kanan, samping kiri. ( bukan juling, tapi senam mata ). Yaa barangkali ada calon penumpang lain yang nyusul datang, sehingga aku tidak sendirian. Tapiiii....saat tanpa sengaja pandangan mataku tertuju ke suatu suduut....di balik kaca ruangan yang agak gelap..kulihat ada kelebatan-kelebatan mencurigakan...bayangan - bayangan aneeh....sebagian bahkan ada yang menempel di kacaa.... Aku betul-betul penasaran, plus curiga!. Jangan-jangan ruang tunggu penumpang nih..ada hantunya. Kuntilanak Merah ! Hiii atut chosiyaah...!!! Mbokeeee tuluuuung..! ( aku lalu berdoa , menggerak-gerakkan bibir. Kukerahkan semua hafalan doaku. Yang lupa-lupa pun kucoba kuingat-ingat. Tapi dasar aku ini gak punya kapasitas keilmuan ( kata seorang FB-ers ) tentang dilmu agama yang memadai, jadinya yaa makin ga jelas apa yang kubaca. Tapi ku tetap berdoa sebisanya....). Sambil bibir tetap komat-kamit, pandangan mataku kufokuskan ke sudut yang "angker" itu. Kuamati dengan seksama dan penuh gairah eeh konsentrasi. Daan ternyataaaa...pembaca yang budimaan.. Bayangan-bayangan itu adalah para perempuan yang tadi sempat kulewati di pintu masuk ruang tunggu...dan saat mereka sudah berada di ruang tunggu, sebagian ( besar?? ) di antara mereka memandangi diriku. Mungkin sejak dari tadi. Aaaaarrrrgrgrggrgrhhhhh....... OMG!!! Save our planeeet..eh My Self..!! Apa  salah bunda mengandung..?? Apakah seorang seleb tak punya hak untuk menikmati privasi?? Apakah nasib Pabrik Pigura alias public figure selalu seperti ini...??? Hiks hiks..cliing! Dengan secepat kilat, kututup wajahku dengan koran, sambil beristighfar setengah hati ( Lho..? Istighfarnya gak ikhlas kali nih..maunya sih hamdalah...).
Ruangan tunggu penumpang, dibagi menjadi 2 bagian/ sekat dan dipisahkan dengan dinding kaca. Meski kacanya gelap, tapi kalau ada orang yang berada di sekat sebelah, tetap kelihatan. Dan seperti kuceritakan tadi. Saat hendak memasuki ruang tunggu, ada 2 pintu. Pintu yang di sebelah kiri ( dari arah jalanku ), yang tadi dipenuhi oleh antrian perempuan, saat masuk ke dalam belok kiri. Sedangkan aku tadi masuk ke pintu yang kanan dan ketika masuk ruangan, belok kanan. Belakangan aku baru tahu bahwa mereka adalah para TKW yang mau berangkat ke Malaysia. Huhh..! "Sial" bener nasibku...niat jalan-jalan buat senang-senang...bukannya ketemu KD malah ketemu TKW....
Tapi syukurlah, "penderitaanku" tak berlangsung lama. Pria staf Air Asia itu kembali datang dan mengembalikan boarding pass dan tiketku. " Terima kasih" katanya. " Kembali". balasku, dengan masih sedikit gemetar, karena sudah menjadi korban "penganiayaan" para TKW. Hufft. Jadi kurang nyaman ni. Di saat yang masih kritis seperti itu, bagian bawah perutku kembali mengirim sinyal, kali ini lebih kuat! Kebelet pipis..!! Langsung aja aku kembali meluncur ke bawah, ke toilet. Sambil setengah berlari , sempat kulirik jam dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 13.50. Itu artinya 20 menit lagi boarding..! Waaaa. Beruntung, hajatku bisa selesai cepat. 10 menit kemudian, saat kembali ke atas, para penumpang sudah banyak. Aku coba cari tempat duduk, yang kira-kira sulit bagi para TKW itu untuk memandangku ( GR banget sih..). Gak lama duduk, pengumuman bahwa pesawat akan boarding terdengar. Penumpang diminta bersiap-siap memasuki pesawat.

                                                          ****************
Di dalam kabin pesawat. Para pramugari ( dan pramugara ) yang...ga begitu cantik ( ga sesuai dengan standar gue..hehehe..jangan marah yaa.. ) hilir mudik melayani penumpang. Aku berjalan kalem sambil menundukkan pandangan, karena takut pandanganku beradu dengan pramugari. Khan kita bukan muhrim. Tapi kalau nunduk gini, mana bisa kliatan nomor seatnya.Hehehe. Yappp...! akhirnya ketemu juga seat 10A. Langsung aja aku buka penutup bagasi kabin dan kulesakkan tas punggungku ke dalamnya. Gak terlalu berat kok, gak sampe 7 kg, batas maksimum bagasi yang boleh dibawa ke kabin. Wong cuman bawa beberapa helai baju. Setelah selesai, aku pun siap-siap mau duduk. Tapii bentarr ..bentaaar...ada yang aneh lagi nih. Huhhh, apalagi nih! Ekor mata kiriku menangkap sesuatu yang ganjil. Duaaarrr....!!! Seperti kesamber robot gledek...ternyata ada sepasang mata, milik seorang pria, yang memandangku. Mungkin dari tadi. Pria itu, duduk di seat 11C, satu baris di belakangku. Kalau pandangan biasa, tak masalah, tapi ini..? Pandangan nakal..!! Langsung seketika itu juga kutanggalkan ekspresi ramah, kuganti wajahku menjadi sangar .   Grrrhrhrhrh..sambil berkata dalam hati," Eh elu ngapain sih liat-liat gue kayak gitu ??! Emang gue kayak elu ??! Dasar lekong..!!"
Tapiii aah udahlah, aku cuekkin ajah. Ngabisin waktu ajah. Lagipula, apa hakku melarang seseorang untuk mengagumiku?? Entar aku dituduh melanggar HAM lagi. Huuhh..! Kubanting pantatku di jok. Aaauwww...!!!

Lima belas menit berlalu. Para penumpang nampaknya sudah masuk semua. Beberapa "anak-anak kapal" ( Boso Malingsia. Artinya pramugari/a. ;D ), mulai bersiap-siap untuk mendemonstrasikan beberapa teknik keselamatan penerbangan, seperti gimana cara pakai sabuk pengaman, gimana pakai pelampung, dan lain-lain. Aaah dah biasa. Prosedur standar sebelum terbang. Bosen!. Aku lebih tertarik mengarahkan pandanganku ke luar jendela. Lihat rumput-rumput hijau di sekitar landas pacu.
Aksi bak model  para "anak-anak kapal"  dah kelar. Pesawat dah mau take off. Berjalan pelan menyusuri run way.  Ada sedikit suara kratag krutug..seperti kalau kendaraan kita bannya gembes. Apa ya ni pesawat bannya gembes? Ah masa bodo! Hmm kuintip lagi keluar jendela. Tampaknya ada beberapa pesawat yang akan take off secara hampir bersamaan. Di depan pesawatku, ada maskapai Air Asia juga, tapi gak tahu destinasi ke mana. Di belakang, kulihat ada Garuda, trus pesawat Sri Lanka, lalu Cathay Pasific dan terakhir Garuda lagi.
Akhirnya tiba giliran pesawatku untuk mengambil ancang-ancang. Pilot menyalakan mesin jet. Ddddddrrrrhrhrhrhrhrrbbbrbrrbrrrblegudug..blegudug.. begitu kali bunyinya. Heheheh. Kemudian pesawat bergerak..melajuuu....makin.....cepaat...makiiin......cepaaatt............dan.......semaaakiin cepaat....daaaaan...wwwuuuuzzzz.....naik ke angkasa dengan muluuzz........ Kulihat rumah-rumah kelihatan makin kecil....mobil-mobil laksana semut...jalan-jalan tol..seperti ular... sawah-sawah yang menghijau..lalu berganti menjadi warna coklat..alias tambak-tambak...lalu tak lama...10 menit kemudian..berubahlah pemandangan di bawah menjadi biru...biru laut..yaa..itulah Selat Sunda dengan dinaungi "kapas-kapas" putih di atasnya. Begitu menakjubkan! So amazing! . Hmmm. Coba ya kalo Jembatan Selat Sunda sudah ada....pasti keren kalo dilihat dari udara.

Beberapa penumpang ada yang mulai melepaskan sabuk pengamannya. Bahkan ada yang sudah berjalan ke toilet. Yaa ampyuun kenapa kagak pas di darat aja sih tadi. Sementara itu para "anak-anak kapal" mulai jalan-jalan lagi. Yang cewe-cewe mulai mendorong-dorong sebuah kompartemen besi kecil, tempat menyimpan makanan dan minuman. iseng-iseng, kulihat kantong saku di punggung kursi di depanku. Hmm tak ada bacaan apapun. Koran atau majalah. Tidak seperti di Garuda, yang disediain koran.  Yang ada cuma daftar menu dan majalah kecil, yang kebanyakan iklan. Kulihat daftar menu. Seporsi kecil nasi dan daging ( semacam rendang ) harganya sekitar RM 12,5 ( dua belas ringgit lima puluh sen. Itung aja, kalo RM 1 = Rp 2700. Ewwwoowww..! Kalo di Indon daratan mah, paling sekitar RM 3 alias Rp 8000 ). Lalu ada softdrink kecil, harganya RM 7. ( Kalau 1 kaleng fanta di darat Indon, di supermarket sekitar Rp 5000-an. ). Sebotol kecil air mineral harganya RM 6. Heehhhh benerrrr kata Fathur...bisa bikin STROKE !!!Ya wislah, terpaksa "puasa" selama dalam perjalanan. Sebenarnya, bisa aja sih, dapet diskon 20 %. Tapi harus melakukan per-book meals. Maksudnya, saat kita beli tiket secara online, di sana di situsnya ada fitur pemesanan menu.  Dan pesanan kita akan tercetak di boarding pass waktu kita check in. So, begitu kita terbang, maka kita yang akan lebih dulu dilayani. Getoo. Tapi, biar uda dapat diskon, tetep aja muaahaall!!
Untuk "membunuh" waktu, kutatap saja lekat-lekat wajah bumi, melalui jendela kecil pesawat. Awan-awan putih berjalan, beriringan, bergelayutan, nun jauh di bawah sana. Kalau kita di darat, kalimatnya nun jauh di atas sana. Hehehe.Sesekali tampak warna-warna hijau. Itu hutan. Lelah mengintip bumi, aku coba untuk memejamkan mata. Perjalanan masih satu jam lagi. Tadi take off jam 14.50. Kalau jadwalnya tidak meleset, aku kan mendarat di Kuala Lumpur pukul 17.50 waktu setempat. Durasi perjalanan sih cuma 2 jam, tapi waktu di Malaysia lebih cepat 1 jam. Baru saja akan masuk ke alam mimpi..tiba-tibaaa...

Pesawat bergoncang beberapa kali. Goncangan pertama masih ringan. Tapi 2 sampe 3 goncangan berikutnya agak keras, dan pesawat seperti terjun bebas. Aku perkirakan pesawat fall sekitar 50-100 meter. Yaa kalau dibandingkan dengan ketinggian pesawat yang mencapai 39000 kaki ( sekitar 11 kilometer alias 11.000 meter di atas bumi ), memang ga signifikan, tapi sangat terasa. Kurasakan jantungku berdesir kuat. Seperti kalau kita naik wahana perahu ayun di Dufan Ancol. Serrr...serrr...geto. Baru kali ini, aku  merasakan goncangan seperti ini. Pengalaman terbang sebelumnya, belum pernah ngalamin hal kayak gini. Semoga tidak makin buruk.  Beberapa penumpang tampak panik. Aku sih ngucapin tasbih saja. Menghadapi situasi seperti itu, segera saja, seorang "anak kapal" cewe meraih mikrofon dan meminta agar penumpang tetap tenang dan mengencangkan sabuk pengaman. Cuaca di luar dilaporkan kurang baik. Kulongok situasi di luar kabin lewat jendela. Di bawah sana kelihatan warna biru tua. Hmm kemungkinan besar itu lautan. Tapi tidak lama, karena segera saja  pemandangan di luar berubah menjadi putih kelabu.  Pesawat melintasi awan besar dan mendung lagi. Pantas saja ada guncangan. Aku prediksikan mungkin saat itu pesawat sedang melintas di atas Selat Malaka. Wah, gak bisa mbayangin deh, gimana kalau situasinya hujan ya...

Syukurlah, situasi kritis itu gak berlangsung lama. Penerbangan kembali mulus. Biar lebih rileks, aku kembali coba pejamkan mata. Bapak yang duduk di sebelah kananku, nomor 10C, jadi terpisah satu kursi, sudah dari tadi terlelap. Suara dengkurannya lumayan juga. Sebenarnya ni bapak ga duduk di situ. Dia harusnya duduk di seat 9C atau D. Cuman karena  kebetulan pesawat ga begitu penuh, jadi beberapa penumpang  bebas berpindah tempat duduk. Kecuali yang HOT SEAT. Hot seat ini maksudnya, para penumpang yang saat beli tiket online, sekalian pesen nomor kursi ( mungkin juga sekalian pre book meals. ). Jadi ga bisa "ngrampas" kursi mereka seenaknya. Bisa tawuran di pesawat entar. ( Emang Roy Suryoo??? Qiqiqiqiqi...). Haddooh usahaku tuk tidur gagal total. Selera ngantukku ilang. Duuh binun juga mo ngapain. Penerbangan yang cuma 2 jam aja bener-bener bikin boring. Jadi mikir nih, gimana kalau terbang ke Eropa atau Amerika ya??? Yang bisa sehari semalam penerbangan..??
Lagi asyik-asyiknya melamun sambil memejamkan mata, walau sesekali membuka mata tuk sekedar mengintip suasana kabin, lamat-lamat kudengar pengumuman. Suara seorang anak kapal yang lumayan renyah. Pasti sang pemilik suara itu cewe yang agak lumayan cantik ( gak berani nyebut cantik, takut over expectation. Qiiiiqiqiiqi ). Dia bilang, dalam 30 menit lagi, pesawat akan mendarat di Kuala Lumpur. Cihuuuuy akhirnyaaa.. . Gak lama setelah pengumuman itu, beberapa anak kapal mulai berjalan menyusuri gang, untuk mengambil peralatan bekas makan dari penumpang, atau mengambil sampah-sampah. Setelah itu, anak-anak kapal yang lain bergantian mendatangi setiap kursi penumpang untuk meminta penumpang menegakkan seat ( bagi yang menurunkan sandaran seatnya ), membuka penutup jendela, melipat kembali meja lipat kecil ke tempatnya dan mengenakan dan atau mengencangkan kembali sabuk pengaman. Dan sekitar 10 menit menjelang landing ( mendarat ), sang pimpinan penerbangan alias pilot berbicara, mengucapkan beberapa patah kata, dalam bahasa Melayu dan Inggris. Intinya ya selamat datang di Kuala Lumpur dan ucapan terima kasih sudah memilih maskapai mereka untuk terbang. Biasalah, kayaknya prosedur standar. Di maskapai lain juga kurang lebih begitu. Secara bersamaan, pilot pun secara berangsur-angsur menurunkan ketinggian pesawat. Kalau tidak salah, jika dalam waktu kurang dari 30 menit akan mendarat, ketinggian pesawat sudah di bawah 10 ribu kaki. Demi menikmati detik-detik terakhir sebelum landing, kulongokkan kembali pandanganku ke luar. Hmm di bawah sana terlihat daratan berwarna hijau gelap, seperti hutan yang lebat. Seiring dengan ketinggian pesawat yang makin rendah, daratan itu pun semakin jelas terlihat. Oow, ternyata hutan sawit. Lahan di sekitar bandara, dipenuhi oleh hutan sawit. Ya, memang Malaysia ini kan termasuk negara penghasil sawit terbesar di dunia, kalau nggak nomer 1 ya nomer 2. Bergantian dengan Indonesia.
Cuma, di beberapa titik, kulihat ada beberapa area yang "terkelupas" dan berwarna  coklat tanah. Apalagi semakin mendekati lokasi bandara, "luka-luka menganga" itu tampak makin besar. Rupanya itu lahan terbuka bekas hutan sawit yang dibabat. Mungkin mau ada proyek di sana., sebab kulihat  ada banyak kendaraan dan alat-alat berat, meski kelihatan seperti titik-titik kecil. Dan benar juga, menurut informasi yang kudapat, pemerintah Malaysia berniat untuk memperluas kawasan bandara.

Ketinggian pesawat semakin rendah. Semakin mendekati bumi. Kulihat di sayap pesawat, beberapa lempengan logam mulai terbuka dan terangkat. Lalu kabin pesawat juga mendongak ke atas. Saat hendak mendarat, hidung atau paruh pesawat harus lebih tinggi dari ekor, sehingga nantinya roda bagian belakang yang lebih dulu menyentuh tanah. Barangkali seperti inilah prinsip-prinsip kerja aerodinamika. Seperti halnya burung yang hendak mendarat di tanah atau hinggap di dahan pohon. Perhatikan  saja dengan seksama. Burung pasti akan membentangkan sayapnya lebar-lebar dan bagian-bagian sayap yang lebih kecil akan terangkat ke atas. Itulah cara burung untuk menahan berat tubuhnya dalam menahan gaya grafitasi, sehingga pendaratannya akan mulus dan tidak terhempas ke tanah. Demikian pula cara kerja pesawat terbang, sebuah alat transportasi buatan manusia yang terinspirasi dari burung. Subhanallah.
Daan tiba-tiba terdengar suar "jegluk.!!". Haddoh sampe kaget aku! Lagi asyik mikir je. Suaranya keras juga. Kulihat penumpang yang lain juga pada kaget dan ada yang seperti menahan nafas. Ternyata tadi suara roda belakang yang mendarat. Hmm ternyata pesawat sudah menyentuh landasan dan sekarang berlari menyusuri landas pacu. Asli, pendaratannya tadi tidak begitu mulus, karena terdengar suara yang keras dan "kasar". Untung rodanya gak meletus yak? Yah memang, mulus tidaknya take off dan landing, tergantung sama pilotnya. Makin banyak jam terbangnya, biasanya akan makin smooth. Dan faktor lainnya adalah kematangan mental sang pilot. Prosedur keselamatan di dunia penerbangan amatlah ketat. Pilot yang emosinya sedang tidak stabil, sama sekali tidak boleh menerbangkan pesawat. Bisa bahaya, karena pesawat terbang beda dengan metromini.

Syukur alhamdulillah, pesawat pun berhenti. Aku siap-siap turun. Kulepaskan sabuk pengaman. Berdiri pelan, lalu kubuka penutup bagasi kabin. Kuambil tas. Seketika lorong kabin menjadi hiruk pikuk. Antara penumpang yang baru mau ambil bagasinya dan penumpang yang sudah mulai berjalan menyusuri lorong. Tapi tidak ada kericuhan. Heheh. Kami semua tetap tertib mengantre. Beberapa anak kapal cewe berdiri di pintu keluar untuk mengucapkan terima kasih dan selamat melanjutkan perjalanan. Saat aku melewati mereka, tak lupa aku sodorkan senyum manisku ( gak pake awalan ter-  ah ntar mereka pada GR lagi disenyumin sama Seleb dari Indon..) kepada mereka. Qiqiqi. Thank you ya...

Begitu keluar pesawat, langsung kuhirup udara dalam-dalam. Segarrr. Akhirnya kesampaian juga aku menginjakkan kaki di tanah Melayu. Ini merupakan pertama kalinya saya  berkunjung ke Negeri Jiran Malaysia. Sebelumnya, informasi tentang Malaysia hanya didapat dari internet, surat kabar dan media elektronik. Tidak jarang, informasi-informasi yang disebarluaskan cenderung tendensius dan  subyektif bin provokatif. So, untuk mengurangi "subyektifitas" itulah, saya memutuskan mau menerima undangan kawan saya ini, untuk melihat secara lebih dekat dan riil, bagaimana sebenarnya keadaan Tanah Semenanjung Malaya itu. Bukankah dalam Al Qur'an juga kita diperintahkan agar melakukan 'TABAYYUN' alias cross check dengan berita-berita yang kita dapatkan?? Awalnya saya memang begitu anti ( dalam hal-hal tertentu ) kepada Malingsial ( istilah yang begitu saya sukai ). Habis, negeri jiran ini memang betul-betul bikin gemas. Hehehe...

Bandara tempat pesawat mendarat adalah KLIA LCCT atau Kuala Lumpur International Airport Low Cost Carrier Terminal. Khusus untuk pesawat-pesawat bertarif murah, mendaratnya di sini. Dengan kata lain, bandara ini diciptakan khusus bagi orang-orang miskin yang mau bergaya, bisa naik kapal terbang, Hahahahahah. Enggak juga sih. Wong banyak turist asing juga. Ya, memang ini bukan bandara utama untuk masuk Malaysia. Yang dijadiin "etalase"nya adalah KLIA. Letaknya agak jauh dari LCCT. Sepengetahuan saya, di Malaysia itu ada beberapa kelas bandara. Dari kelas A seperti KLIA, sampe kelas C. Kalau LCCT ini barangkali termasuk kategori C. Padahal ya gak jelek-jelek amat. Kalau di Indon ya, setara dengan Bandara Sepinggan atau Ngurah Rai. Tapi kalau di Indon kan, bandara kayak gitu aja dah masuk kategori bandara internasional. Jadi bandara internasional di Indonesia, setara dengan bandara kelas C di Malaysia. Seperti bumi dan langit ya. Yah, mau gimana lagi. Faktanya emang begono. Ya, kita harus legowo. Hiks...

Aku langsung nyalain hape jadulku. Mau ngliat jam. Eh ternyata baru jam 16.50 sekian. Padahal menurut jadwal, harusnya sampai jam 17.50. Ohoo, baru inget, waktu di Malaysia khan 1 jam lebih cepat ( sebenarnya sih, secara koordinat, Kuala Lumpur nih hampir sama dengan Sumatra. Jadi harusnya jamnya sama dengan Sumatra. Cuman, karena dulunya ni kebijakan politik Mahathir, maka waktu Malaysia dimajuin. Tujuannya sih, politis, biar terkesan lebih maju dari Indon. Dan nanti, di tahun 2020, visinya Mahathir, Malaysia harus sudah jadi negara maju. Tapi sekarang aja sudah begitu maju. ).
Di layar hapeku, tampak ada tulisan DIGI. Hmm Indosat ga ada sinyalnya di sini. Hehe. Tapi, kemudian aku baru tahu kalau DIGI ini salah satu operator di Malaysia dan mungkin mitranya Indosat. Iseng-iseng, aku coba kirim sms ke temenku, si Fathur, mau kasih tahu bahwa aku sudah mendarat. Tapi ternyata gak bisa. Hmm. Ya udah. Aku coba trus jalan sambil memperhatikan penunjuk jalan. Agak bingung juga sih cari pintu keluar. Tapi gak perlu mikir lama-lama, aku ikutin aja para penumpang lain berjalan ke mana. Pertama melewati sebuah koridor yang panjang, lalu masuk ke sebuah bangunan agak besar, mirip gudang. Dari desainnya mirip gudang logistik. Hehehe. Di dalamnya sepi. Waktu masih di Bandara Soekarno Hatta, pas melewati bagian imigrasi, kan sempet ngisi formulir. Dan ada bagian dari formulir itu yang harus diisi dan nanti diserahkan ke bagian imigrasi Malaysia di bandara tujuan. Nah, sekarng saya lagi cari-cari, mana nih konter imigrasinya. Setelah muter-muter di gedung itu, dan beberapa penumpang juga muter-muter kebingungan, barangkali ada beberapa di antara mereka yang sama seperti saya, baru pertama kali ke Malaysia, akhirnya ketemu juga petunjuk arahnya. Ke lantai atas. Ya sudah, saya ikutan naik ke lantai atas. Bener deh, akhirnya keliatan juga tuh konter-konter imigrasinya. Lalu aku ikutan ngantri di belakang sebuah antrian. Ada beberapa penumpang yang disuruh kembali dan diminta sesuatu. Penumpang itu kelihatan bingung. Begitu giliranku tiba, aku serahkan semua dokumen: paspor, tiket, potongan formulir yang dari imigrasi Jakarta. Saya sempat  agak khawatir juga, takut terjadi sesuatu. Dikatain INDON misalnya. Aku dah siap-siap pasang "respon terbaik"ku. Qiqiqiqi. Petugas laki-laki itu memeriksa semua dokumenku. Gak lama lalu dia tanya," Mana yang dari Malaysia?". Saya bingung. Lha saya kan baru nyampe dan baru pertama kali ni ke Malingsial eh Malaysia. Saya tanya balik," Apanya?" Dia jawab," Form". Saya masih juga gak ngeh. Saya jawab lagi," Maaf, form apa ya? Saya tidak tahu . " Orang itu lalu suruh saya balik ke belakang dan menunjukkan arah dengan dagunya ( sombong juga ni orang ) ke suatu sudut. Saya pun pergi dari konter itu, menuju arah yang ditunjukkan petugas itu. Di sana ada beberapa penumpang, sedang mengisi sesuatu.  Penumpang yang saya temui ini yang tadi disuruh balik. Saya tanya ke mereka, sedang isi apa dan saya juga ceritakan tentang apa yang saya alami barusan. Ternyata mereka pun mengalami hal yang sama. Mereka bilang, maksudnya form imigrasi Malaysia bagi orang asing yang akan masuk ke wilayah Malaysia. Saya pikir, lho bukankah kita sudah dapat potongan form yang dimaksud yang dari imigrasi Indonesia di Soekarno Hatta? Baru ngeh. Form yang dari Jakarta itu gak laku di Malaysia. Jadi kita harus isi form punya Malaysia. Ooo gitu ya. Songong juga ya. Ah, bikin susah aja. Terpaksa deh saya ambil itu form Malaysia punya dan saya isi. Habis itu ngantri lagi. Tapi kali ini di konter yang berbeda. Petugasnya laki-laki. Begitu dia periksa semua dokumen, dia nanya," Punya tiket balik?". Saya paham, maksudnya tiket untuk pulang. Saya sodorkan tiket pulangnya. Dia bicara lagi, tapi kayaknya sih ngomong sendiri," Pulang dari Penang ya?" Saya ga jawab. Akhirnya ya sudah. Selesai. Saya buru-buru keluar dari situ. Bingung lagi. Ni trus jalan kemana ya? Kelihatannya itu bangunan baru. Beberapa ruangan masih tampak kosong. Ya memang sih, bangunan bandara khusus untuk orang-orang berkantong tipis ini, baru dibangun. Belum lama juga sih pemerintah Malaysia bikin kebijakan ini. Terminal untuk penerbangan murah dipisah dari KLIA. Ya, mungkin maksudnya biar kemegahan dan keelokan KLIA tidak "ternodai" gitu. Mungkiin. Kalau di Soekarno Hatta kan masih campur ya.

Saya melongo sebentar di sebuah area. Tunggu penumpang yang lain dah. Dan gak lama beberapa penumpang lewat. Saya gabung aja jalan sama mereka. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga pintu keluar dan nampaklah lobi dari terminal ini. Hall-nya lumayan bagus. Tidak kumuh. Pemerintah Malaysia ini memang  cerdik dan pintar, plus bijaksana. Meski didedikasikan sebagai terminal untuk penerbangan murah, bukan berarti  bangunannya dibikin berkesan murahan. Sisi estetika dan kenyamanan tetap jadi perhatian utama. Jadi penumpang yang miskin-miskin pun tetap merasa mendapat perlakuan istimewa. Hohoho. Saya buru-buru cari toilet. Dah menahan "hasrat" dari tadi. Saat baru masuk toilet, eeh ada sms masuk. Saya ambil hape dari saku celana. Aaah barangkali ni sms dari Fathur, harapku. Tapi begitu kubaca sms itu," Kredit tanpa agunan...bla bla blaa...dst". Busyeeeeetttt..!!! Kok yao ni sms sialan masih juga nyampe ke Malaysia..!! Haddooohhh..!" Dah, langsung aku delete aja tuh sampah. Heran gue! Kemana aja gue pergi, tuh sms masih ngikuuuutt ajah! Padahal ini kan udah di luar negeri..!! ???
Aku masuk bilik toilet. Bingung lagi. Ga ada gantungan buat nggantung tas. Duh ni tas mo ditaruh dimana? Titipin ke penjaga toilet? Gak mungkin ah. Aku khan orang asing di sini. Akhirnya, aku gantung aja di gaun pintu yang dari stainles steel. Sempet khawatir, takut jatuh ke lantai dan terkena najis. Baru mau jongkok, eeh hape di clana bergetar lagi. Ada sms masuk. Apa tuh sampah datang lagi?? Ah, biarin dulu dah. Ni sampah yang di dalam body dah ga sabar mau keluar. *********. Aah lega juga dah keluaar. Hmm mana ni airnya. Upps, kok bentuk krannya aneh? Ujung showernya polos gitu, ga ada pencetannya. Waah, kudu hati-hati nih. Aku tes dulu puteran krannya. Biar tahu mana arah puteran untuk membesarkan aliran air dan mana yang untuk mengecilkan. Ini penting, biar pas mau mbasuh nanti, alirannya tidak terlalu kencang. Karena kalo semburannya kekencengan, nanti bisa terjadi cipratan dan takutnya mengenai celana. Kena najis deh celana. Ntar kagak bisa dipake buat sholat. Kebanyakan orang tidak memperdulikan masalah yang keliatan sepele ini. Padahal efeknya luar biasa. Dalam sebuah hadits diberitakan, mayoritas ummat muslim yang mendapatkan siksa kubur, adalah dikarenakan mereka tidak hati-hati ketika buang air. Apalagi banyak bentuk tempat kencing berdiri, sehingga peluang untuk terkena najis jauh lebih besar.
Hasrat dah tertunaikan. Keluar toilet, saya cek hape. Tadi sms dari siapa ya?? Ooow ternyata sms dari Fathur. Aku baca," Maaf, agak terlambat. Kena macet." Hmmm di KL juga ada macet tho? Saya coba balas. Tapi kok ga bisa ya? Padahal pulsa masih ada. Hehe...operatornya dah ganti jadi DIGI sih!.Ya wis, aku jalan-jalan ajah. Turis-turis bule model backpacker-an lumayan banyak. Mereka adalah tipe turis yang berkantong cekak, kalo nginep di hotel kelas melati dan gak pake lama. Hehehe...beda dengan gue..yang nginepnya di Rumahnya Allah swt..alias di masjid..!! Jauh lebih mewah !! Wkwkwk...
Belum lama kepala celingak celinguk cuci mata eeeh..lamat-lamat kulihat sesosok makhluk unik berkopiah putih. Dari posturnya, kayaknya aku kenal deh. Hehehe.iyyaa akhirnya muncul juga si Fathur. Tapi ko cepet amat yak? Pan smsnya aja barusan sampe. Aku langsung aja berlari-lari kecil. Kulihat si Fathur jalannya lumayan cepat dan tak lupa kepalanya tengok kanan tengok kiri, seperti mencari seseorang. Ya gue..!! Hehe. Begitu saya dah mulai deket sama dia, sengaja kutabrak badannya dari belakang sambil pura-pura nanya," Mau cari siapa Mas?" Fathur cuma nengok ke belakang. Gak ada ekspresi kaget. Biasa aja. Yah namanya juga wali gemblung. Qiqiqi..
Tanpa ekspresi berarti, dia langsung menyapa," Jam berapa sampe?" Udah makan?" Kujawab," Belum lama sampenya. Makan siang belum. Cuma makan snack aja sebelum terbang." Fathur pun langsung ngajak ke cafetaria. Cafenya sih sederhana, tapi namanya juga di bandara, ya harga makannya lumayan mahal. Kami cuma makan roti, kacang dan minum air mineral aja. Ga lama di situ, Fathur langsung ngajak nglanjutin jalan. Tapi sebelumnya, dia ambil foto diriku dulu. Jeprett !! Nah ni hasilnya. Jelek kan?? Qiqiqiqi...
Cafetaria di KLIA LCCT

Hasil bidikan pertama Brother Fathur., yang sudah bersusah payah, jauh-jauh datang dari Penang ( 5-6 jam dari Kuala Lumpur ) untuk menjemput saya. Ya, mohon maaf bila kegantengan saya agak sedikit menurun dan terdistorsi karena memang Fathur ni bukan fotografer profesional. Qiqiqi.


Saya sebenarnya pengen banget melihat kemegahan Kuala Lumpur International Airport Main Terminal.  Saya sempat utarakan keinginan saya ke Fathur tapi rupanya waktunya tidak mengijinkan. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 18.00. Fathur kasih tau kalo jarak dari LCCT ke KLIA lumayan jauh. Belum lagi kalo macet. Apalagi katanya lagi, pas mau bandara tadi sudah kena macet gara-gara ada acara balapan di sirkuit Sepang. Ada Lorenzo katanya. Ya sudah. Kita akan langsung ke pusat kota Kuala Lumpur, terutama komplek Petronas Tower, yang berjarak kurang lebih 1,5 jam perjalanan dengan bus. Nah, untuk mengobati sedikit kekecewaan, ini saya tampilkan beberapa foto Kuala Lumpur Airport yang saya donlod dari google.

KLIA alias Kuala Lumpur International Airport merupakan salah satu bandar udara terbaik dan tercanggih di dunia. Narita di Jepang aja kalah. Hmm  kenapa Indon gak bisa bikin kayak gini ya??


Yang ini, gambar bandara KLIA tampak depan. Lumayan keren desainnya.








Suasana interior di dalam bandara.




Jalur kereta masuk ke dalam bandara. Ini sangat memudahkan para penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur. Jika anda sampai di Malaysia ( bandara KLIA), ga usah takut akan tersesat, karena semua rambu-rambu dan informasi penunjuk arah amat informatif. Saya aja yang baru pertama kali datang, meski cuma di LCCT, ga pake lama bingungnya. Tinggal baca dan ya sedikit sekali lah bertanyanya. Lagipla banyak papan petunjuknya informasinya yang menggunakan Bahasa Melayu, yang tidak jauh berbeza dengan Bahasa Indonsia.







Lihat tuh kereta bandaranya. Seperti trem. Gerbongnya gak panjang, tapi interval kedatangannya singkat, jadi kecil kemungkinan terjadi penumpukan penumpang. Keretanya begitu bersih dan nyaman. Saya baru ngrasainnya pas di dalam kota Kuala Lumpur. Nanti ya crita lengkapnya.








Mewah ya?



Dari LCCT, kami naik bis. Tapi sepertinya bukan bus khusus. Beda dengan di Soekarno Hatta, yang ada bus khusus dari dan ke bandara yaitu Bus Damri. Di sini, nama bisnya beda-beda dan ada banyak jurusan. Kalau yang ke KL, tarifnya kalau gak salah sekitar RM 5 - 6. Gak beda jauhlah sama Damri. Selama perjalanan itu, kami banyak ngobrol, tapi yang ringan-ringan aja. Sesekali ada curhatnya. Hehehe. Fathur juga cerita kalau dia ke Kuala Lumpur ni sama istrinya. Cuman, istrinya langsung ke tempat saudaranya di KL, gak ikut ke Bandara. 
Bus melalui jalan tol. Semacam tol bandara mungkin. Bedanya, kalau tol di sana, dibangun di bekas lahan sawit dan kontur tanahnya berbukit-bukit. Kalau tol bandara di Indon yang mau ke Soekarno Hatta, itu dibangun di atas rawa-rawa dan hutan bakau, deket pantai. So, selama kurang lebih 30-40 menit pertama, yang terlihat ya pohon-pohon sawit, bukit-bukit kecil, lahan-lahan terbuka ( bukan lahan kritis lho ya?? ). Saat bis melewati kompleks Sirkuit Internasional Sepang, Fathur sempet menunjukkan jarinya ke arah kanan, ngasih tahu. Tapi berhubung hari sudah gelap, ya tidak kelihatan.  Tapi, kulihat, walau tak begitu jelas, ada banyak semacam umbul-umbul. Ya, seperti Fathur bilang tadi, hari itu memang ada acara di Sirkuit. Event Internasional. Pembalap-pembalan ngetop dunia dah biasa "silaturahmi" ke sirkuit ini. 
Beberapa saat setelah itu, saya sempet juga melihat rambu penunjuk arah yang bertuliskan Putra Jaya. Hmm, jalan tol yang kulalui itu menghubungkan kawasan-kawasan penting. Dari Bandara, bisa langsung ke sirkuit Sepang, bisa ke Putra Jaya yang merupakan ibukota pemerintahan Malaysia. ( Kalau Kuala Lumpur, dijadikan pusat bisnis ) dan mungkin juga tempat-tempat penting lainnya.
Perjalanan dah melewati menit 60. Tiba-tiba Fathur mengeluarkan suara," Dah mau sampe.". Nada suaranya datar, tanpa ekspresi. Biasa mah Fathur. Maqomnya emang sulit dijangkau orang awam kayak saya. Hihihihi. Yeah, kulihat keluar jendela. Memang kerlap kerlip lampu kota mulai keliatan. Ooo ini tho yang namanya Kuala Lumpur. Ah ga beda jauh ama Jakarta. Kulongok-longok jendela. Ko gak keliatan. Kutanya ama Fathur," Tur, mana menara Petronasnya. Ga keliatan..!". Dia jawab, kali ini suaranya sedikit ada iramanya," Masih jauuh. Ni masih di pinggiran." " Ooooo." gumamku. Barangkali kalau di Indon, ya ini baru nyampe Tol Cikampek menjelang Terminal Pulo Gadung.
Perlahan namun pasti, bayangan gedung-gedung jangkung mulai muncul. Dengan desain tata lampu yang sedemikian rupa, bangunan-bangunan beton itu seperti berpendar. Lumayan indah. Saya bilang lumayan saja, soale yaa di Jakarta juga ada. Malah mungkin lebih indah. Terus kalo di Jakarta aja ada, ngapain jauh-jauh ke KL yak? Hehehe. KL punya sesuatu yang unik dan hebat, yang tidak ( belum?? ) dimiliki Jakarta. What's that?? Nanti yaa. Sabarr..rrr.. kata orang, orang sabar pantatnya lebar.. halah! Opo maneh iki...

Setelah beberapa kali melewati liukan-liukan fly over, bus memasuki kawasan dalam kota Kuala Lumpur. Kulihat, sepertinya kota ini lumayan hijau juga. Sebab kulihat banyak rerimbunan pohon-pohon. Dan di beberapa titik, rimbunan pohon-pohon amat lebat, seperti hutan. Lalu pada saat bus kami melewati sebuah belokan yang melintasi sungai, Fathur tiba-tiba berseru ( gak seru-seru amat sih..)," Liat sungainya. Jernih ya?". Aku coba liat mengikuti arah jari Fathur. " Mana? Gak keliatan!" Ya emang aku liat saluran atau mungkin semacam sungai lah. Tapi kan hari dah gelap, gimana bisa liat tuh sungai jernih atau kagak. Ah, Fathur ni ada-ada aja. Mau promo KL nih rupanye  ( e-nya pake logat Malay ya..) !

Bus memasuki jalan biasa. Dan sepertinya menuju ke arah sebuah gedung bertingkat. Lebih tepatnya semacam kolong atau basement sebuah gedung. Dan lalu berhenti. Fathur tiba-tiba beringsut-ingsut, lantas berdiri. Para penumpang yang lain juga begitu. Aku tanya," Thur, mau kemana? Turun?". Fathur ga menjawab dengan suara, tapi dengan bahasa tubuh. Heeh, dasar wali. Njawab aja nape sih! Suseh amat! Aku sedikit bersungut-sungut, tapi ya akhirnya  ikutan berdiri dan berjalan di belakang beberapa penumpang. Fathur dah di deket pintu.
Jlug! Kakiku menyentuh tanah. Hmm ni bangunan apa ya? Suasana begitu temaram. Beberapa bis terlihat parkir. Sambil masih mikir, kuikutin aja Fathur. Berjalan kaki beberapa puluh meter. Tidak jarang berpapasan dengan bule-bule. Hmm begini ya rasanya jalan-jalan di luar negeri. ( aah gak juga. Di Indon juga banyak bule ) Hehehe. " Thur..! Kita sholat aja dulu..!" Aku bilang ke Fathur, sambil setengah teriak. " Iya. Kita cari musholla." Jawab Fathur, sambil kepalanya celingak celinguk kayak orang bingung. Lha piye tho. Dah 3 tahunan lebih di Malaysia, masih suka binun. Ada  1 atau 2 tangga yang kami lewati begitu saja. Tadinya mau naik, tapi gak jadi. Baru di tangga ke-3, Fathur naik. Aku ikut aja. Lalu lintas orang di tangga itu lumayan ramai. Sedikit berdesak-desakan. Apalagi para turis-turis bule kelas backpacker, udah badannya tinggi-tinggi, tasnya juga gedhe-gedhe. Bener-bener korupsi tempat! Huhh!!. Cuman bau badannya itu lho, gak enak pisan euy. Bikin kepalaku mual ( lho?? ). Lain banget sama bau badanku. Biar berkeringat deras, badanku tetap wangi jali menyayat hati. Qiqiqi...
Sampai di lantai atas, suasana agak sedikit segar, tidak pengap. Pencahayaan pun memadai. Fathur masih terlihat kayak orang bingung. Entah lupa jalan atau emang bingung. Tak tahulah.  Aku ikut ajah. Pokoknya kalau ada apa-apa, Fathur yang tanggung jawab!! Jangan sampai ni lost in KL trus kemaleman truss akhirnya tidurnya di emperan. Waaaa ...paginya disiram air seember, dikira gelandangan. Trus digaruk deh sama Polis Malaysia...Truuzz  masuk penjara deh. Truus dikatain " Indon.! Indoon.! Waaa... attuuttt chooosssiiiyyyaaaaahh...OMG.! Semoga mimpi buruk ini tidak terjadi.
" Tur, kita sholatnya di KLCC ( kedengerannya Ka eL Si Si ) !" Tiba-tiba Fathur ngomong gitu ke saya. Bikin buyar lamunanku. Aku tak menjawab dengan suara, cuma dengan gestur muka aja ( bayangin sendiri ya.. ). Fathur lantas berjalan ke loket, beli tiket. Selesai, dia langsung kasih  1 ke saya. Kami pun jalan lagi. Kali ini naik eskalator. Menuju ke peron. Hmm, stasiun ini lumayan mewah dan canggih. Kalau di Jakarta, kayak stasiun KRL Cikini, atau Gondangdia. Cuma yang di KL ini, semua keliatan jauh lebih rapi dan bersih. Sama sekali aku gak liat ada gelandangan, yang nyumpel di pojok-pojok stasiun yang tersembunyi. Kalaupun ada bagian gedung stasiun yang belum atau tidak dipakai, tetap dipelihara kebersihannya sehingga tidak keliatan kumuh. Oh ya lupa. Tiket kereta yang kami beli berupa tiket elektronik yang di kartunya ada strip magnetiknya. Jadi, waktu kita mau ke jalur peron tujuan, kita masukkan dulu itu kartu ke sebuah lubang yang ada di setiap partisi, dan kartu itu akan keluar dengan cepat. Lalu kita ambil lagi. Nah nanti pas sampai di stasiun tujuan, kartu itu kita masukkan lagi di partisi pintu keluar. Kalau aku mbayanginnya, mekanisme tiketing seperti itu kerjanya begini. Pertama, kita datang ke loket, trus bilang ke petugas loketnya, tujuan kita. Lalu si petugas akan menginput data di komputer, dan data itu juga dicopy ke penyimpan data magnetik di kartu. Nah, saat kita mau masuk ke peron, kita kan masukkin kartu itu ke lubang. Ini mungkin semacam prosedur konfirmasi bahwa si pembawa kartu benar-benar mengeksekusi tujuannya sesuai request. Mungkin begitu. Aaah sok pinter aku ini.

Kami tiba di peron penumpang, lantai teratas. Enggak sampai berkeringat-lah. Kan pake eskalator. Tapi, tangga beton biasa juga tersedia, buat mereka yang takut naik eskalator ( Sok NDESO gitu...). Semua eskalator di sini berfungsi baik, ga macet atau distop kayak di beberapa stasiun KRL di Jakarta. ( Di Jakarta, di beberapa stasiun KRL, eskalatornya macet atau mungkin ga dijalanin, ngirit listrik. Lha wong PTKA sama PLN suka ribut jee, masalah setrum. Malah beberapa kali, sambungan listriknya diputus, mengakibatkan KRL mogok. Yang jadi korban ya penumpang. Hik hiks..). Saya perhatikan, lantai peronnya lebar-lebar. Mungkin hampir 2 kali lebar peron di Stasiun KRL Jakarta. So, penumpang bisa bergerak lebih leluasa, nyaman sekaligus aman. Tapi kalo dibandingin panjangnya, ya lebih panjang peron Jakarta. Sebab di Kuala Lumpur ini, rangkaian keretanya ga panjang-panjang. Paling banyak kulihat cuma 4-6 gerbong saja. Selain itu, di sepanjang peron, tidak ada yang namanya toko makanan atau warung. Pemkot di KL ini punya aturan yang sangat jelas dan tegas. Di beberapa stasiun kereta yang saya temui memang ada toko makanan, tapi itupun di luar stasiun atau paling banter deket lobi loket, bukan di dalam peron. Makanya, biarpun di jam-jam sibuk, suasana setasiun begitu ramai karena banyak penumpang, tapi ketertiban dan kenyamanan tetap terjaga. Di permukaan lantai peron dibuat semacam garis-garis berpola dan berwarna. Ada yang lurus dan ada yang serong. Fathur ngejelasin kalau garis yang serong itu buat para penumpang yang akan masuk ke dalam kereta. Jadi semua penumpang yang mau masuk kereta, kudu antri berbaris rapi di garis ini. Sebaliknya, bagi penumpang yang mau keluar dari kereta, harus melewati garis-garis yang tegak lurus dengan gerbong. Untuk membedakan kedua garis itu, digunakan warna cat yang berbeda. Begono..kalau ga lupa. Di hari kerja, kata Fathur lagi, semua stasiun kereta di Kuala Lumpur, padat dan sesak.Gak beda sama Jakarta. Tapi, tetap lancar, karena para penumpang tetap tertib, gak saling serobot. Di sisi lain, jadwal kereta juga selalu on time, ga ada kamus mogok. Dan meskipun jumlah penumpang amat banyak, semua tetap terangkut dan tidak perlu khawatir akan terlambat tiba di kantor. Ketersediaan gerbong kereta yang memadai, interval waktu kedatangan kereta yang pendek ( rata-rata 10 menit ) dan kedisiplinan para penumpang, menjadi faktor kunci, betapa nyaman dan menyenangkan jalan-jalan di KL. Kesan pertama yang amat positif bagi seorang "turis" asing yang baru pertama kali berkunjung ke Malaysia. Harus jujur saya akui, Malaysia memang bisa !!
Di Kuala Lumpur ini ada beberapa moda transportasi, salah satunya adalah MRT ( Mass Rapid Transit ) berjenis monorel, yang akan kami naiki. Jalur monorel, sebagian ada yang melayang di atas tanah ( upper ground ) dan sebagian lagi ada yang di bawah permukaan tanah ( sub way ). Gerbong kereta, hampir semuanya dari bahan fiberglass, selain kuat dan ringan, bahan ini juga memberi kesan futuristik. Sedangkan untuk power kereta, digunakan tenaga listrik, yang disatukan dengan jalur rel. Jadi bukan di atas gerbong seperti KRL di Jakarta. So, di sini, para penumpang amat dilarang keras turun dan melintasi jalur kereta. Sebab relnya bermuatan listrik tegangan tinggi. Bagi para penumpang yang salah memilih jalur peron, harus turun kembali ke bawah, suka ga suka, mau gak mau. Lumayan, naik turun sekitar 2 lantai. Kalau mau nekat ya, silahkan saja kalau badan ingin langsung hangus. Hehehe. Tapi, seperti yang saya bilang tadi. Di sini, penumpang begitu tertib dan disiplin. Sangat jarang ada penumpang yang nekat. Beda banget sama orang2 Indon di Jakarta. Hiks hiks..

Hoho...tiba-tiba Fathur kasih kode. Hmm kode apa ya? Morse? Bukan. Ooo maksude ngasih tahu bahwa kereta yang mo kami naiki sudah datang. Okee. Aku ikutin aja si Fathur, nguntit di belakangnya. Kami ikut berdiri di belakang garis, nunggu sampai kereta benar-benar berenti dan penumpang yang di dalam yang mau turun, keluar lebih dulu. Setelah itu lalu kami masuk. Hmm, suasana di dalam cukup sejuk. Gerbongnya ber-AC. Di gerbong yang kami naiki, penumpang tidak terlalu banyak, tapi kebetulan semua tempat duduk penuh. Jadi kami berdiri. Bukan hanya "casing" fiberglass yang menjadikan kreta ini tampak keren dari luar, dalamnya pun keren. Tempat duduk semua letaknya memanjang sepanjang dinding kereta, ga ada yang depan belakang. Lalu saat kereta melaju, getarannya terasa begitu halus. Smooth. Kalau melalui belokan, baru ada goncangan dikit. Bagi yang pernah pergi ke TMII di Jakarta, di sana ada tiruan monorel. Kalau sudah pernah ngrasain naik, ya kurang lebih seperti itulah dengan monorel di KL ini.
Terus, secara sepintas sih, kulihat gerbong ini begitu bersih. Sama sekali tak ada sampah bekas makanan atau minuman atau hanya berupa noda. Memang di KL ini, kalau sudah di dalam kereta, semua makanan dan atau minuman, hukumnya menjadi "haram". Tidak peduli terbuat dari bahan apa. Haahaaahaa.  Pemerintah Malaysia emang menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek yang satu ini. Karena ini adalah key factor untuk menarik wisatawan asing. Fathur bilang, di KL ni sebenarnya obyek wisatanya biasa-biasa saja. Paling yang menonjol Petronas. Bangunan-bangunan bersejarah? Di Indon juga banyak. Wisata Alam? Indon punya lebih banyak tempat yang jauh lebih menarik. Tapi kenapa Malaysia mampu mengundang turis lebih dari 10 juta orang tiap tahun. Bandingkan dengan Indonsial. Negeri kita yang luasnya 20-an x lipat dari Malingsial dan memiliki obyek-obyek wisata yang begitu memukau, cuman bisa mendatangkan 7 jutaan turis. Itupun sudah ngos-ngosan promosinya. Sebabnya sebenarnya sederhana saja. Malaysia begitu care terhadap aspek-aspek kunci industri pariwisata. Apa saja itu?? Kemudahan transportasi, ketersediaan informasi yang memadai, keamanan dan kebersihan. Dan itu tidak hanya ngendhon di konsep saja seperti yang terjadi di Indon, tapi langsung diaplikasikan dengan mengerahkan segenap sumber daya yang ada dan manajemen yang terpadu melalui kerjasama dan koordinasi antar-instansi yang amat sangat baik. Baru kali pertama berkunjung ke Malaysia, kutangkap kesan yang baik.

Sudah sekitar 10 menitan kita berdiri. Mungkin sudah 2-3 stasiun yang terlewati. Dan setiap kali kereta hendak berhenti di stasiun, selalu ada suara pengumuman dari seorang wanita, dalam bahasa Inggris dan Melayu, memberitahukan nama stasiun yang hendak disinggahi. Fathur pun nampaknya tak mau kalah dengan "wanita elektronik" itu. Beliau lebih mendominasi obrolan wetan kulon kami yang nampak tidak seimbang ini. Hehehe.  Aku membiarkan diri jadi mustami atau pendengar yang baik aja. Kubiarkan Fathur menyalurkan talenta terpendamnya  dengan berakting laksana Tour Guide, menjelaskan segala hal tentang KL. Sesekali, untuk mengusir kebosanan dan kejenuhan, kualihkan pandangan ke arah lain, gak melulu mlototin Fathur. Lagipula dalam kondisi badan lelah dan kelaparan gitu, mana bisa konsen ndengerin "khotbah". Tapi, apa yang bisa kulihat di luar?? Suasana begitu gelap. Apa karena kaca jendelanya juga gelap ya?. Kami berdiri di dekat pintu, yang kaca di pintu lebih lebar daripada kaca jendela. Kerlap kerlip lampu kota juga tak tampak ( Belakangan baru sadar...lha namanya juga subway...di dalam tanah...mana bisa ngliat lampu-lampu kota..Huh !! Dasar NDESOOO... ). Hmm. Akhirnya kucoba melihat suasana di dalam gerbong. Beragam jenis manusia. Laki-laki, wanita. Tua muda. Melayu, Chinese, Eropa. Daaan uuppsss. Radarku "membaui" something". Dan mata nakalku tiba-tba menangkap sesuatu. Eeeng ing eeeng. Gairah mudaku langsung ON. Hoo hooo hoo. Mau tau apa itu gerangan??? Yeaaahh..sesosok cewe berjilbab standar ( belum pake cadar ), cantik, putih, hidung bangir. Sekilas mirip Nurul Izzah putri Anwar Ibrahim. Tapi nyang ini kayaknya lebih cakep deeh. Tipe aku banget. Dia tampak ngobrol sama temannya, yang sayang kurang begitu cantik.  Kuamati terus gadis itu.  Aku tebak kira-kira umur 20-an. Biarin aja si Fathur ngomong ndiri. Lebih baik, pikiranku kufokuskan ke gadis itu. Huihihi. Uuuuupps! Astaghfirullah hal adziim. Akhwat itu akhirnya sadar juga kalo sedang diperhatikan akyu. Oww dia langsung memalingkan muka. ( Apakah dia marah, trus dalam hati dia bilang," Ih jijai sekali. Ni orang Indon seronok amat..!" ). Hiks. Duduknya sengaja diserongin. Uuuh "rejeqi" ko suseh diraih ya...?? Lagi asyik-asyiknya mengkhayal, mbayangin gadis itu, Fathur tiba-tiba aja nyowel tanganku, tanpa kata-kata. Mo ngapain sih ni anak?? Ngganggu aja. Walaah mau turun tho. Dah mo sampe ya?? Bilang donk...
" Ini stesen KLCC" jelas Fathur sesaat setelah turun dari kreta ( ngomongnya aja "stesen" bukan Stasiun. Nggaya banget ni datuk...). Kulihat sekeliling, ramai. Tapi kok, suasana kota belum terlihat. Aku jalan aja nguntit Fathur, sambil ngobrol. Dan tak lupa aku "kargozari" alias laporan tentang cewe berjilbab yang begitu cantik yang kulihat tadi. Fathur tanya," Yang mana?". Kujawab," Yang duduk di depan kamu." Kata Fathur," Ane ga liat." " Yaah ente membelakangin die. Jadi yang liat cuman ane. Tapi asli, demi Allah. Cakep banget Thur!" Aku jelasin dengan semangat. " Kok ada ye cewek Melayu sedemikian cakepnye??". Kami lalu menaiki tangga eskalator ke atas.
" Kalau cewe yang kayak gitu, di Malaysia banyak. Itu campuran antara China Muslim sama Melayu. Jadinya putih." Engkong Fahtur menjelaskan dengan pendek lebar. " Ooo" gumamku.
Kami sampai di lantai atas. Tapi masih naik eskalator lagi. Yo wis lah, ikutin aja. Begitu sampai, suasana begitu ramai. Hiruk pikuk. " Tur, kita mau sholat dulu atau makan dulu?" Fathur tiba-tiba nanya. " Terserah deh." Kujawab dengan sedikit malas. Yah, ga sensitip banget sih ni brother. Liat dong jalannya gue. Dah sempoyongan gini. Hehehe. Kami sempet mondar mandir 2-3 kali, bolak balik antara mau makan dulu atau sholat dulu. Lagian udah jam 9-an ni. Belon maghrib sama isya ( di Malaysia, waktu maghrib sekitar hampir jam 8-an malem. Isyanya jam 9-an. Waktu di sana 1 jam lebih cepat ). Akhirnya kami mutusin sholat dulu aja deh. Apalagi tempat makannya di lantai paling atas. Takut ga bisa naik tangga, ntar keburu lemas kelaparan. Hihihi. Toh Musholla tidak jauh lagi. Kami pun menuju ke sana. Hampir aja aku bertabrakan sama bule. Tu bule kayaknya baru dari toilet. Soalnya antara toilet umum dan musholla berdekatan. Aku jalan sambil masih clingak clinguk. Maklum wong ndeso. Lha ni bangunan stasiun kok megah banget yak?
Mushollanya kecil. Tapi masyaAllah, bau apaan ni?? Menyengat banget!! Ternyata bau kaki. Owwwwaalaah ternyata di situ ada rak-rak sepatu. Besar kemungkinan bau ini berasal dari sepatu atau sandal para pengunjung. Huhh. Kesan pertamaku terhadap Malaysia sedikit ternoda ! Haha. Nah, di langit-langit kulihat ada semacam pesan peringatan dalam bahasa Melayu. Aku lupa persisnya. Tapi intinya itu semacam pemberitahuan bahwa di sekitar musholla sudah dipasangi kamera CCTV. Jadi buat maling yang mo mencuri, siap-siap aja dibekuk. Kata Fathur, pernah ada maling berkewarganegaraan Indon yang ketangkep di Musholla itu, dan fotonya dipasang. Adduuhhk Maaak bikin malu Indon aja Lo..!!
Ternyata adzan isya baru berkumandang. Syukurlah. Paling tidak ga terlambat 2 waktu sholat. Kami sudah pasang niat mau menjama' takhir maghrib ke isya. Begitu adzan langsung iqomat. Kami buru-buru ambil wudhu. Selesai isya berjamaah, kami mundur ke belakang, mau jama takhir maghrib. Fathur bertindak sebagai imam, sebab dia anshor. Tapi sempet kuminta jama'nya biasa aja, jangan qoshor.
Alhamdulillah, kewajiban tlah tertunaikan. Lega. Kami bergegas keluar musholla, trus jalan naik ke lantai paling atas. Di sana ada semacam pujasera atau bazaar makanan. Fathur bilang, di sana harga makanannya masih relatif murah, dibanding dengan lantai bawah. Secara rasa dan mutu, tidak berbeza ( dialek Malay uttuk kata: 'berbeda'. Nggaya dikit..). Sampai di atas kami pun cari tempat duduk yang kosong. Nah itu, di lantai yang agak ditinggikan. Kami ke sana. Fathur langsung tanya," Mau makan apa?" Kujawab," Apa aja deh." " Nasi goreng ya?" Fathur nawarin. " Ok". Balasku. Fathur langsung ninggalin meja mau pesen makanan. Aku lalu mengedarkan pandangan ke setiap sudut. Hmm nama-nama menunya gak beda jauh sama Indon. Dan sayup-sayup kok kudenger logat-logat yang begitu akrab di telingaku.Hoohooo itu khan logat Jawa. Ya ampyuun. Tak lama Fathur kembali sambil membawa 2 gelas minuman hangat di sebuah nampan. " Ini, saya pesen teh tarik hangat  buat kamu." Fathur meletakkan nampan itu di meja dan mengambilkan segelas minuman hangat untuk saya. Aku katakan, " Trimakasih". Fathur menjelaskan, teh tarik itu minuman khas Malaysia. Dia sendiri kulihat pesan minuman coklat hangat. Oow segelas Milo hangat. Aku coba sruput itu teh. Hmm lumayan enak. Apalagi dalam kondisi kelaparan berat seperti ini. Hihihi. Beberapa menit kemudian, pesanan kami di antar. Waaah apa ini?? " Itu Nasi Goreng Malaka" Fathur kasih tau. Hmm Nasi Gorengnya tidak kelihatan, tertutup oleh gulungan telur dadar. Jadi nasinya dimasukkin ke lembaran telur dadar lalu dilipat membentuk sebuah kotak dan diatasnya diolesi saus sambal menyilang. Amat menggoda. Aku coba, "sayat" pinggiran telur itu. Nah baru keluar deh nasinya. Kuambil sesendok dan kucicip. Wuiih ternyata enaak juga ya ( apa mungkin karena begitu laparnya ya..? Qiqiqi ). Nyummy. Tak kalah sama nasi goreng Indon. Di dalamnya ada daging ayamnya yang sudah menyatu dengan nasi yang kecoklatan, trus ada saladnya, ada udangnya. Komplit. Makan sambil bincang-bincang. Di Malaysia, harga sayur mayur relatif mahal, sedangkan daging relatif murah. Sesekali, mataku "berkeliling", sapa tahu menemukan "target". Huihihi. Aku juga sempat mengkonfirmasi ke Fathur, tentang pendengaranku tadi, yang secara lamat-lamat mendengar percakapan dalam bahasa Jawa. Fathur bilang, memang kebanyakan para pelayan di situ orang Jawa. Malah beberapa pemilik outlet makanan juga orang Indon. Kami tidak bisa makan terlalu lama. Selesai Fathur membayar makanan, kami bergegas keluar.

Kami turun satu lantai. Suasana nampak ramai. Sedang ada acara semacam exhibition. Nah, waktu kami berjalan melewati stand Petronas, di situ ada mobil balap Formula 1. Fathur langsung ambil kamera dan meminta saya bergaya. Tadinya sempet ga mau, abis malu. Tapi Fathur katakan kalo di situ emang buat foto-foto, dan orang juga bebas ambil gambar. Ya wis akhirnya saya mau. Nah ini dia hasilnya.


Abis itu, kita lanjut jalan lagi. Di depan kami ada pintu keluar yang cukup besar. Dan kulihat di luar sana juga tak kalah ramai.Seperti ada pertunjukkan konser gitu. Sebab kudengar suara alunan musik yang makin lama makin keras.
Setelah berada di luar gedung, saya baru tahu, ternyata ada layar televisi raksasa, yang sedang menayangkan acara musik. Cuma ga sempet mantengin, apa itu live atau rekaman. Yang kulihat, penyanyi yang sekarang lagi ngetop, Justin Beiber, sedang jingkrak-jingkrak. Layar raksasa itu letaknya di tengah-tengah danau buatan yang di tepi-tepinya dibuat pagar. Penonton ga bisa mendekat, hanya bisa melihat dari jauh. Tapi tetap kelihatan amat jelas. Lha televisinya gedhe banget. Jumlah yang menonton lumayan banyak tapi tidak sampai berdesak-desakkan. Halaman luar gedung lumayan luas. Kalau di Malaysia, istilahnya pekarangan. Aku lihat banyak juga orang-orang Arab dan perempuannya pakai hijab hitam. Karena banyak juga yang foto-foto, aku pun lalu minta Fathur untuk mengambilkan gambar. Beberapa dengan latar belakang menara  Petronas yang keren itu. Nah ini dia hasilnya.




Foto close up dengan backgroung menara Petronas. Keren kan?




Ni, calon Presiden Indonesia tahun 2050, sedang berpose di "pekarangan" belakang Petronas.
Nah kalau foto yang lagi sandaran di pager itu, di latar belakangnya khan ada lampu-lampu bulat tuh. Itu di sana lagi ada pameran mobil-mobil mewah. Kita tadinya mau ke situ, tapi gak bisa.

Hampir 1 jam-anlah kami di sana. Setelah puas plus cape menghabiskan malam ahad di Petronas, kami memutuskan untuk ke Masjid Jami Sri Petaling.  Fathur sempat mau ngajak ke satu masjid deket Petronas. Sebuah masjid tua nan eksotik katanya. Namun berhubung malam sudah larut, akhirnya gak jadi. Mungkin, insyaAllah lain kali ( kalo ada rezeqi, jalan-jalan ke KL lagi ). Jam operasional MRT di KL sampai jam 11 malam.




Saat itu, jam sudah menunjukkan lewat 10 malam. Fathur keliatan agak gelisah. Dia pun cepat-cepat mengajak saya kembali naik kereta. Takut tidak mendapat kereta terakhir. Bisa berabe nanti. KL tidak sama dengan Jakarta. Di sana tidak ada mikrolet, bajaj, atau metromini yang beroperasi 24 jam. Taksi ada, tapi mahal sekali.

Nah foto di samping kanan ini, pas mau naik tangga ke peron. Yah mumpung masih ada umur, nafsu bernarsis ria kudu dimaksimalkan. Huehehehe.....
Berhubung hari telah larut, suasana peron sudah agak sepi. Pun suasana di dalam kereta, saat kami sudah di dalam. Nah, pas di dalam kereta itu, kami lihat turis-turis bule yang agak banyak. Ada seorang ibu muda bule yang menggendong anaknya, bersama 2 pria. ( mungkin yang satu, suaminya ).Ibu muda bule itu cuma mengenakan tanktop. Wajahnya cakep juga sih. Postur gak kalah sama model. Tapiii kok kulitnya kurang muluz ya. Putih tapi "bernoda". Hehehe, seperti ada bercak-bercak gitu. Kemungkinan tuh kulit ga siap beradaptasi terlalu lama dengan iklim tropis. Mungkin lhooo ( sok tau.com ).
Aku dan Fathur ngobrol lumayan seru di dalam gerbong. Sambil ketawa n cengengesan. Saking serunya, tingkah polah kami diliatin terus sama laki-laki bule yan duduk di depan kami. Mungkin dia heran, kita kok akrab banget ya. Barangkali dia pikir kami kakak adik. ( tapi jangan berandai-andai kemungkinan lain ya?? Awazz ...! Hehehe..). Lama-lama tuh bula ga tahan. Akhirnya dia kepancing juga ngajakin kita ngobrol. Dia menanyakan sesuatu. Karena aku gak paham, biarin si Fathur yang menjawab. Sepertinya dia menanyakan suatu tempat. Selesai dia bertanya, aku tiba-tiba pindah ke tempat duduk di sebelah dia dan kuminta Fathur untuk ambil foto. Fathur langsung tanggap. Lalu 'jepret'! Tapi, si bule itu memalingkan muka. Takut kali ye.. Apalagi si Fathurnya juga pakai kopiah, mirip-mirip Amrozi gitu deeh. Hahahaha...Nah kalian liat deh fotonya di atas. Keren khan??


( dari tulisan berikut sampai ke bawah, dilanjutin mulai tanggal 5 Nov 2011. Hehehe  ..)

Nah, yang di sebelah kanan ini, sedang bergaye di salah satu tangga stesen. Biasa, namanya juga wong ndeso yang narsis.....





















Selepas ngobrol n foto sama tuh bule, akhirnya rombongan itu bule turun, Gak inget di stasiun mana. Saya dan Fathur nglanjutin ngobrol. Sebenarnya saat itu, saya dah mulai ngantuk . Lagipula gerbong kereta dah sepi. Di gerbong yang kami duduki, cuma ada 3-4 orang. Sebagian besar penumpang sudah turun. Tapi begitu mau terlelap, si Fathur dengan jahilnya nyenggolin kakinya ke kaki saya. Ya wis, akhirnya ga jadi tertidur.
Kami turun di Stasiun Bukit Jalil. Ya, stasiun ini memang deket dengan stadion Bukit Jahil yang kesohor itu. Awalnya sempet ada niat mau mampir saat kami menuruni tangga setasiun, yaah sekedar nglongok bentar. Tapi, berhubung hari sudah begitu larut, niat kami itu kami batalkan.  Di luar stasiun, kebetulan ada taksi yang sedang parkir di seberang jalan. Kami pun menyebrangi jalan yang lumayan lebar itu. Saat hendak mendekati taksi, tiba-tiba ada seorang karkun ( julukan untuk dai tabligh ) yang menyapa. Fathur yang menjawab sapaanya. Ooh ternyata dia orang Bangladesh, tapi sudah lama tinggal di Malaysia. Di Malaysia ini memang banyak TKB alias Tenaga Kerja Bangladesh. Sama kayak TKI dari Indon. Bedanya cuma di industrinya aja. Kalau TKI banyak dipekerjakan di sektor perkebunan atau properti. Kalau TKWnya jadi babu-babu di rumah-rumah tangga. Sedangkan tenaga kerja Bangladesh ( baik pria atau wanita ), sebagian besar kerjanya di sektor-sektor yang lebih "elit" seperti cleaning service, pantry, dan yang sejenis. ( kasiaan banget ya jadi orang Indoon... )
Kami bertiga ( berempat sama si sopir ) lalu bersama-sama menuju markaz di Masjid Jami Sri Petaling. Si sopir sudah tau, jadi ga perlu cape2 ngasih tahu. Hehehe. Di KL ini, malam markaznya malam ahad, beda dengan di Kebon Jeruk Jakarta, yang malam Jum'at. Rupanya, Markaz Sri Petaling tidak begitu jauh dari Stadion Bukt Jalil ( sempet terlintas pikiran jorok. Jangan2 waktu hajatan piala AFF beberapa waktu yang lalu, para karkuner ini, dari markaz langsung menyebar ke Stadion Bukit Jalil.. Hehehe. Bukan buat nonton bola, tapi buat DAKWAH..!  ). Gak sampe 5 menit dah sampai. Jalannya lempeng lagi...
Sesampainya di lokasi markaz, kami bertiga turun. Suasana lumayan sepi. Kontur tanah di sekitar markaz, berbukit-bukit. Kalau lihat dari jalan raya, masjid markaznya tidak langsung kelihatan, sebab harus melewati jalan kecil dulu beberapa puluh meter. Jalan kecil ini, kalau pas malam pertemuan, ramai, banyak pedagang berjual beli. Saat kami tiba, hanya tinggal beberapa pedagang. Maklum sudah begitu larut. Para pedagang itu boleh jadi sudah mengemasi dagangannya dan lalu beristirahat di dalam masjid untuk i'tikaf, biar pas dini hari nanti, bisa tahajud .
Gaya jalan saya sudah terseok-seok. Kalau si Fathur sih masih kliatan seger. Setelah menempuh jalan kaki yang lumayan melelahkan, sekitar 200-an meter, akhirnya terlihatlah masjidnya. Hmm lumayan besar juga, ada 3 lantai. Kayaknya jauh lebih besar daripada markaz Kebun Jeruk. Halaman parkirnya juga lumayan luas. Kami segera menuju tempat wudhu. Suasana dalam masjid sudah gelap. Sebagian besar yang hadir sudah beristirahat. Hanya beberapa orang yang masih tampak menjalankan amalan malam dengan khusyu. Saat sudah di dalam masjid, saya langsung tunaikan hak masjid yakni sholat tahyatul masjid. Selesai sholat sunnah, Fathur menghampiri saya dan bilang kalau barusan ketemu dengan Dr Zakariyya. Pak Zakariyya ini seorang dosen yang mengajar di Universiti Putra Malaysia. Beliau pernah berkunjung ke masjid saya di Kukusan, yakni Musholla Nurul Jannah dekat Kantor Kelurahan Kukusan. Saya sempet tengak tengok, dimana Prof Zakariyya. Belum sempet ketemu, Fathur langsung ngajakin keluar lagi. Awalnya saya males, soale dah capek banget. Tapi yaa akhirnya keluar juga. Fathur ngajakin ke toko perlengkapan ibadah di depan markaz. Ada 3 toko yang disambangin. Sampe cape nungguinya. Si Fathur ni lagi mau cari purdah spesial buat sang istri. Saya pun sempat dibelikan buah tangan berupa Sabun Susu Kambing ( tapi wanginya enak lho, harganya lupa brapa ringgit gitu, tapi kalau di-rupiah-in bisa sekitar 15-an ribu ), Shampo dari Sari Kurma, Pasta Gigi dari Kayu Siwak, dan apa lagi tuh, lupa. Syukran ya Fathur...
Selesai belanja, Fathur ngajakin ke warnet yang di samping markaz. Ya lumayan juga jalannya, karena harus keluar ke arah jalan raya lagi. Warnet itu terletak di satu pertokoan kecil. Nah pas di deket toko-toko itu ada kedai atau warung nasi punya orang Thailand. Cuman yang bikin lucu, dari warung itu terdengar lagu2nya Niki Ardila. Haaa haa haa. Yaah emang sih, ada juga yang dari Indon yang bagus2. Contohnya yaitu ....lagu-lagu karya musisi Indon, begitu mewarnai kehidupan masyarakat Malingsial. Di warnet yang pemiliknya orang Tionghoa itu gak pake lama. Sempat ada sedikit trouble dengan PC-nya. Tapi bisa diatasi. Saya sempet-sempetin up-date status facebook saya. Hehehe.. Ada sedikit yang "aneh" saat ngliatin para pengunjung warnet. Tidak sedikit di antara mereka, yang memakai gamis dan peci. Sebagian besar masih anak-anak menjelang remaja. Ternyata mereka anak-anak karkun. Oaalaah bapaknya dah istirahat di masjid, anak-anaknya pada kelayapan ke warnet..haahaaa maenin game on -line! Emang ye, yang namanya game online ini dah kayak racun...sudah banyak yang jadi "KORBAN"! Tak terkecuali para dai.... hihiihi..... Tapi yang penting masih tetep jaga sholat yee...

( Lanjut lagi. Mo bikin karguzari aja males banget ya. Ni dah tanggal 11 Desember 2011. Padahal perjalanannya bulan April 2011 )
Ok. Di warnet gak lama sih, cuma 40-an menit. Setelah itu sekitar hampir jam 12-an, kembali ke Masjid. Begitu nyampe masjid langsung deeh gabruuk. Asli cape banget. Langsung tertidur pulas. Ga terasa tiba2 aja dah jam 04 pagi. Berhubung di Malay waktunya lebih cepat 1 jam, so shubuhnya sekitar jam 05-an lebih. Jadi masih sempet tahajud.
Habis shubuh denger bayan/ ceramah, sampai waktu hampir isroq. Selesai  sholat isroq, saya langsung ngacir ke wc ( bahasa Malaysianya= tandas ), buang sampah plus mandi. Aktifitas saya yg ini biasanya makan waktu lama, hampir 1 jam. Hehehe. Habis gak bisa buang hajat dengan cepat. Selesai mandi, Fathur bilang ketemu Dr Zakariya lagi, dan kasih tahu bahwa beliau sempet nungguin saya. Cuma berhubung kelamaan nunggu yaa akhirnya pulang deh. Hehe jadi ngrasa bersalah nih. Tapi, akhirnya bisa ketemu yang lain yaitu Dr Wan Ahmad Tadjuddin. Beliau ini adalah dosen Universiti Malaya, yang pernah juga bersilaturahmi ke masjid saya.  Akhirnya selepas dhuha, beliau ngajakin saya dan Fathur jalan-jalan. Kami keluar dari markaz tidak melalui jalan besar, tetapi melintasi pagar beton tinggi yang di luarnya ada tangga besi menurun. Tangga itu menuju ke sebuah komplek perumahan. Dr Wan Ahmad Tajudiin ( disingkatnya Dr WAT ) memarkir mobilnya di situ. Mobil Profesor ini lumayan sederhana. Terlalu sederhana bahkan, untuk ukuran seeorang profesor dari sebuah universitas ternama di Malaysia, yaitu Universiti Malaya, yang secara rangking di Asia, lebih tinggi dari Universitas Indonesia. Sebuah mobil nasional bikinan Malaysia, Proton. Tapi serinya lupa. Sebelum menaiki mobil, Dr WAT sempet2nya ngumpulin ranting2 kayu dan sebatang kayu bekas bangunan. Entah buat apa. Ya emang, sang profesor ini pembawaannya lumayan aneh. Gaya-gayanya kayak sufi gitu deh. Hehehe. Tapi orangnya sebenarnya kocak. Begitu kami naik mobil, saya di jok belakang, Fathur di depan di samping Dr WAT, si Prof langsung tancap gas. Woow, bisa gaya anak muda juga nih. Kami langsung dibawa muter-muter Kuala Lumpur. Karena masih pagi, suasana jalan tidak begitu ramai. Dan akhirnya mobil sang Prof memasuki kompleks Universiti Malaya. Begitu memasuki areal dalam kampus, bak seorang guide, Prof Wan langsung memberikan penjelasan dan info tentang bangunan-bangunan kampus yang kami lewati. Kami akhirnya berhenti di Fakultas Sains Komputer dan Teknologi Maklumat, semacam Fakultas Ilmu Komputer di UI. Dr WAN langsung mengajak kami ke kantin yang terletak di belakang gedung fakultas. Saya melihat lingkungan di sekitar areal kampus masih berupa hutan tropis yang lebat.  Hutannya masih asli dan bukan buatan. Malaysia memang bisa. Mereka memang begitu care dengan pelestarian alamnya. Kalau anda ke Kuala Lumpur, anda akan masih bisa menjumpai potongan-potongan hutan tropis yang bener-bener masih asli. Yaa meskipun luasnya tidak seberapa, tapi lumayan buat jadi paru-paru ktoa dan area resapan air. Di dalam kantin, Dr WAN mempersilahkan saya dan Fathur untuk memesan sarapan. Prof WAN sempet menyapa pegawai kantin dengan ramah, dan bilang ke saya kalau pegawai kantin itu orang Jawa. Ternyata benar. Si pegawai itu omasih bisa ngomong Jawa. Saat saya tanya dalam Bahasa Jawa dia Jawanya mana. Dia bilang sebenarnya dia berasal dari Jambi. Orang tuanya adalah transmigran asal Jawa. Ooo I see. Hehe. Saya pun memesan makanan. Lupa pesan apa saat itu. Sambil menunggu makanan siap, Prof WAN menyodorkan beberapa kue2 khas Malaysia. Yaa sebenarnya mirip juga sama kue2 Indon. Lepas sarapan, Prof membawa kami ke halaman belakang gedung dekanat. Di situ Prof ternyata mengajak saya untuk menanam beberapa batang pohon. Ada satu pohon yang kami menanamnya bersama-sama dan Fathur sempat mengabadikan aktifitas kami. Semoga bisa buat kenangan. Hehe liat fotonya ni.

































































































































































































1 komentar:

  1. ASSALAMU ALAIKUM WR,WB.
    PERKENALKAN NAMA SAYA MBAK DEWI DULUNYA SAYA LAGI BINGUN BANGET KARNA SAYA LAGI MENGALAMI COBAAN HIDUP YANG TAK KUNJUNG USAI,SAYA HAMPIR SAJA BERBUAT NEKAT,PERBUATAN YANG SANGAT DIBENCI OLEH ALLAH YAITU BUNUH DIRI,SEMUA ITU AKIBAT BATIN SAYA YANG SANGAT TERTEKAN,PADAHAL SAYA MASIH MEMPUNYAI ANAK YANG MASIH KECIL2 YANG SEHARUSNYA DAPAT KASIH SAYANG ORANG TUA SEUTUHNYA,NAMUN KARNA KONDISI YANG SERBA KEKURANGAN MEMBUAT ANAK SEPERTI KURANG TER URUS,DALAM KALUTNYA SAYA COBA BUKA2 INTERNET DAN DISITULAH SAYA MELIHAT KOMENTAR PARA PEMENANG YANG SAAT INI SUDAH BERHASIL, NOMOR EYANG JOYO KARTOYO..MAAF SAYA CURHAT DENGAN ANDA,ORANG YANG BELUM SAYA KENAL SAMA SAYA,SEPERTI KOMENTAR2 PADA ANDA LEWAT INTERNET, DAN DISITULAH SAYA MENCOBA MENGHUBUNGI EYANG JOYO KARTOYO DAN KEMUDIAN SAYA MEMINTA REJEKI KEPADA BELIAU, DAN ALHAMDULILLAH KINI KEHIDUPAN SAYA SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA ITU SEMUA BERKAT BANTUAN EYANG JOYO KARTOYO MEMBERIKAN ANGKA RITUAL KEPADA SAYA, DAN BAGI ANDA YANG INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI EYANG JOYO KARTOYO DI NOMOR 085-211-977-346 NOMOR RITUAL EYANG JOYO KARTOYO MEMANG TIDAK DUANYA DIJAMIN 100% TEMBUS ..???

    BalasHapus